Mengapa Bung Karno memilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia? Hal ini dikarenakan, beliau percaya pada mistik. Beliau tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadanya. Akan tetapi beliau merasakan di dalam kalbunya, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia.
Mistik. Ya, mistisisme dalam angka 17 memang luar biasa. Banyak yang percaya 17 merupakan angka pemberian Tuhan yang paling istimewa. Angka ini dibangun dari angka satu (1) dan tujuh (7) yang menggambarkan banyak hal penting.Pertama, angka 1 adalah angka Tuhan itu sendiri, yang menandakan keberadaan ke-Esa-an Tuhan agama-agama samawi. Sementara angka tujuh diistimewakan sehingga Tuhan menciptakan tujuh hari dalam satu putaran pekan dan langit dibuat berlapis tujuh.
Sejarah panjang ilmu angka (numorlogi) membuktikan, dipercaya atau tidak, bahwa penggalian ilmu pengetahuan tentang hal ini memang sudah ada sejak dahulu kala. Di antara tafsir angka itu ada yang menyatakan: angka 1 mewakili karakter orang yang aktif, kuat, berinovasi, berbakat memimpin, sedangkan angka 7 memilki kemisteriusan dan kesenangan menarik diri dari keramaian dunia.
Bagaimana dengan 17? Angka ini, 1 dan 7 (17) jika dijumlahkan juga akan menghasilkan angka keberuntungan delapan (8). Bangsa Cina yang sejarah peradabannya termasuk tua itu yakin angka 8 bermakna kekayaan. Bentuk angka 8 yang tidak terputus diartikan sebagai dinamis dan berkesinambungan.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan keistimewaan angka 17 dan keyakinan mistis, Bung Karno yakin Indonesia hanya dapat keluar dari belenggu penjajahan pada tanggal 17, bukan di tanggal lain. Percaya atau tidak percaya, faktanya dengan fasilitas serba terbatas dan disiapkan dalam tempo semalam suntuk saja, pada pukul 04.00 WIB, saat fajar menyingsing, ketika waktu sahur puasa Ramadhan pada tanggal 17 Agustus 1945 berakhir, naskah proklamasi selesai ditulis dan dibacakan pada siang hari, pukul 10.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar